Minggu, 02 September 2007

God Spot Sebagai Fitrah Manusia


Kecerdasan spiritual yang merupakan temuan terkini secara alamiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing – masing dari Harvad University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual yang dipaparkan zohar dan marshall dalam SQ, Spiritual Quantient, The Ultimate Intellegience (London, 2000), dua diantaranya adalah: pertama, riset psikologi syaraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990an, dan lebih muktahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi God Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak.

Sedangkan bukti kedua adalah riset ahli syaraf Austria , Wolft Singer pada era 1990-an atas The Binding Problem, yang menunjukan ada proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bermakna”


Akan tetapi Spiritual Intellegent dari barat tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikology semata, tidak bersifat transsendental. Akibatnya kita masih merasakan adanya “kebuntuan”.

Kebenaran sejati, sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari Spiritual Center (God Spot) ini, yang tidak bisa tertipu oleh siapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Mata hati ini dapat mengungkap kebenaran hakiki yang tidak tampak dihadapann mata. Bahkan kata ahli sufi islam, Jalaludin Rumi, “mata hati punya kemanpuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan” (Matthawi, vol 4)

God Spot di dalam ilmu psikologi humanistis terletak pada dimensi spiritual, alam tak sadar. Dan pada Mental Building terletak pada dimensi psikis, alam prasadar. Dan pada Dimensi Fisik atau somatis, alam sadar. Dimensi Psikis (EQ) atau Dimensi fisik (somatis) semua berada pada titik sentral yang disebut titik tuhan (God Spot), seperti gerakan galaksi bima sakti (milky way), gerakan atom (bohr), atau gerakan jamaah haji mengelilingin ka’bah, semus melakukan tawaf sujud kepada Allah. Konsep ini Ary Ginandjar, trainner ESQ namakan God Sentris.

Kemanpuan untuk mengendalikan pikiran ketika suatu permasalahan terjadi atas diri kita, akan menentukan tindakan apa yang akan diambil, jalan yang fitrah atau non fitrah. Jalan non fitrah cenderung menyesatkan dan merugikan. Sedangkan jalan fitrah membimbing ke arah tindakan yang positif. Jalah fitrah adalah suatu tindakan yang dibimbing oleh suara hati. Suara hati ini berasal dari God Spot. Ini sesuai dengan pendapat Jalaludin Rumi, Danar Zohar, Ian Marshal, V.S. Ramadhan. Atau hasil riset syaraf Austria , Woltf Singer. Mereka itu pakar di bidang Spiritual Intellegent. Sedeharnanya adalah firman Allah pada Surat Asy Syam ayat 8 – 10:
“(Allah) mengilhamin (sukma) kejahatan dan kebaikan. Sungguh, bahagialah aiapa yang mensucikannya. Dan rugilah siapa yang mencemarkannya.”

Menurut Al Qur’an , sebelum bumi dan manusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah, Allah bertanya kepada manusia;”... bukankah aku Tuhanmu” lalu ruh manusia menjawab “ya, aku bersaksi...!”. bukti adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman di dalam jiwa manusia. Dan ,enurut Prof. Dr.N. Dryarkara. Ialah adanya suara hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia. Allah menjelaskannya pada surat Al A’raaf ayat 172:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari bani adam keturunannya dari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas pertanyaan) “bukankah Aku Tuhanmu?” mereka menjawab “ya, kami bersaksi.”

Karena itu bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti akan dilarang oleh suara hati nuraninya. Sebab Tuhan tidak mau kalau perbuatan yang tidak baik itu makan suara hatinya akan bernasehat. Dan kalau sudah selesai pasti akan menyesal. Mac Scheler mengatakan adalah “tanda kembali” kepada tuhan. Sedeharnya firman Allah pada surat Ar Ruum ayat 30:
“maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama, menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu kepada manusia. Tidak dapat diubah (hukum – hukum) ciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”

namun ada kalanya suara hati itu tertutup, buta. Manusia sering mengabaikan pengakuan ini, yang justru mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, kehancuran dan lain hal yang pada akhirnya mengakibatkan kegagalan, atau tidak efektif serta tidak maksimal suatu usaha. Kita harus mengetahui faktor – faktor yang sering menutupi fitrah (God Spot), yang tanpa disadari menbuat manusia menjadi buta. Ini mengakibatkan dirinya memiliki kecerdasan hati yang rendah, serta tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing. Suara hati sebagai pemberi informasi penting. Belenggu – belenggu tersebut sebagai berikut:
1. Prasangka.
2. Prinsip –prinsip hidup.
3. Pengalaman.
4. Kepentingan dan prioritas.
5. Sudut padat.
6. Pembanding
7. Literatur.

“kamu pasti akan diuji mengenai hartamu dan pribadimu. Dan kamu pasti akan mendengar dari orang yang diberi alkitab sebelum kamu, dan dari orang yang menpersekutukan (Allah), banyak hal yang menyakitkan hatimu. Tetapi bila kamu sabar dan bertakwa, sungguh, itulah yang menentukan dalam segala urusan.”
(QS: Ali ‘Imran: 186)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar