Selasa, 24 Juli 2007

Cerita dari Sekolah Hapalan Quran Anak Balita


Cerita dari Sekolah Hapalan Quran Anak Balita

Saya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga

bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2.

Setelah masuk, wah ternyata unik banget metodenya. Siapa tau bisa

dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.

Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran),

tidak disuruh langsung ngapalin juz'amma, melainkan setiap kali

datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan

ibunya. Di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu, lalu guru cerita

ttg gambar itu (jadi anak harus baik dll).


Kemudian, si guru ngajarin ayat wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23

dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya

walidaini, isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah

(menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil

memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan

hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4

sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru

kemudian mulai menghapal juz 'amma.

Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas,

sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik,

manis, pintar dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini

hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk

anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll.

Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat.

Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut

memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa,

cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya).

Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan

berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2

anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit.

Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air

akan terlalu besar, anak saya akan nyeletuk, Mama, itu israf

(mubazir)! Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A'raf :31

kuluu washrabuu walaatushrifuu/ makanlah dan minumlah, dan jangan

israf/berlebih2an.

Waktu dia lihat TV ada polisi ngejar2 penjahat, dia nyeletuk Innal

hasanaat ushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan

kejahatan (Hud:114).

Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa tiap kali dia ngobrol

dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk Mama, ghibah ya?

(soalnya, dia sudah belajar ayat laa yaghtab ba'dhukum

ba'dhaa/Mujadalah:12). Anak saya (dan anak2 lain, sesuai penuturan

ibu2 mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang2 ayat2 itu

tanpa perlu disuruh. Ayat2 itu seolah-olah menjadi bagian dari diri

mereka.

Mereka sama sekali tidak disuruh pakai kerudung. Tapi, setelah

diajarkan ayat ttg jilbab (An-Nur:31), mereka langsung minta sama

ibunya untuk dipakaikan jilbab. Anak saya, ketika ingkar janji

(misalnya, janji nggak main lama2, trus ternyata mainnya lama), saya

ingatkan ayat limaa taquuluu maa laa taf'alun (As-Shaf:2)dia langsung

bilang Nanti nggak gitu lagi Ma Akibatnya, jika saya mengatakan

sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar dari

mulutnya!

Setelah tanya2 ke pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti

ini, tujuannya adalah untuk menimbulkan kecintaan anak2 kepada Al

Quran. Anak2balita itu di masa depan akan mmpunyai kenangan indah ttg

Al Quran.

...[diapus]

Metode pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini

diciptakan oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau

yang pertama pada usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri,

sudah hapal seluruh juz Al Quran, berikut maknanya, hapal topik2nya

(misalnya, ditanyakan, coba sebutkan ayat2 mana saja yg berbicara ttg

akhlak kepada orangtua, dia akan menyebut, ayat ini..ini..ini..), dan

mampu bercakap-cakap dengan bahasa Al Quran (misalnya ditanya;

makanan favoritmu apa, dia akan menjawab Kuluu mimma fil ardhi

halaalan thayyibaa(Al Baqarah:168). Anak kedua juga memiliki

kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat, mungkin usia 6 atau 7

tahun.

Keberhasilan anak2 Sayyid Thabathabi itu benar-benar fenomental

(bahkan anak pertamanya diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang

Ulumul Quran oleh sebuah universitas di Inggris), sehingga sejak itu,

gerakan menghapal Quran untuk anak-anak kecil benar2 digalakkan di

Iran. Setiap anak penghapal Quran dihadiahi pergi haji bersama

orangtuanya oleh negara dan setiap tahunnya ratusan anak kecil di

bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran (jumlah ini lebih

banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan dari sekolah2 lain).

Salah satu tujuan Iran dalam hal ini (kata salah seorang guru) adalah

untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin memecah-belah

umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran itu beda/

lain daripada yg lain).

Saya pernah diskusi dgn teman saya dosen ITB, dia mengatakan bahwa

metode seperti itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan

anak akan melihat gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan

yang selaras dengan ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara

membabi-buta, malah akan membuntukan otak anak. Selain itu, menurut

guru di Jamiatul Quran ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak

yang menghapal Quran dengan melalui proses isyarat ini (jadi mulai

sejak balita sudah masuk ke sekolah itu) lebih berhasil dibandingkan

anak-anak yang masuk ke sana ketika usia SD.

Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman atas artinya

jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila dibandingkan

dengan hapal cangkem (mulut).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar